Selasa, 14 September 2004

Dia berkata: "Langit sedih dan terlihat murung."
Aku berkata: "Tersenyumlah! biarkan kemurungan itu ada dilangit!"
Dia berkata: "Kasmaran telah merasuk!"
Aku berkata: "Tersenyumlah! Duka cita tidak akan pernah kembali, sebab ia telah mati."
Dia berkata: "Langitku di angkasa telah menyatu dengan cinta yang berkobar dalam dadaku dan telah menjadi neraka jahanam. Dia khianati janji setelah merenggut hatiku. Lantas bagaimana aku sanggup tersenyum?"
Aku berkata: "Tersenyumlah dan bersenanglah! Kalau kau tetap bersama kesedihan, akan kau habiskan seluruh umurmu dalam kepedihan!"
Dia berkata: "Malam-malamku berlalu dalam kepahitan."
Aku berkata: "Tersenyumlah! Jika kau merasakan pahit, semoga orang lain melihatmu sedang bersenandung. Lemparkan kedukaan jauh-jauh dan tetaplah bersenandung. Apakah dia akan melihatmu jika engkau bernyanyi dengan limpahan dirham atau kau merasa rugi jika engkau bernyanyi dengan hati berseri-seri?
Wahai sahabat, janganlah sampai kesedihan membuat mulutmu terdiam dan raut mukamu menampilkan kesedihan. Tersenyumlah...!
Sungguh bintang-bintang pun tersenyum dan kegelapan akan saling berbenturan. Oleh karena itu, kita menyukai bintang-bintang."
Dia berkata: "Keceriaan tidaklah akan membuat keadaan menjadi lebih baik. Ia datang ke dunia ini dan tetap akan pergi walau terpaksa."
Aku berkata: "Tersenyumlah, selagi hayat di kandung badan, selama engkau masih hidup sebab sudah terlalu lama engkau tidak tersenyum."
(Liyya Abu Madhi)

.:: Aku tau... aku akan tetap tersenyum, biarlah air mata ini hanya saat bersama-NYA, saat menghadap-NYa, banyak yang harus aku lakukan, banyak yang harus aku perbaiki, aku harus tegar, aku ga boleh menyerah, inilah hidup yang harus aku jalani. ::.

Tidak ada komentar: