Kamis, 30 September 2004

Bunga Merah di Rumah Tanpa Kesedihan

Suatu ketika, seorang wanita tampak sedih. Wajahnya kusut masai. Air mukanya letih menahan tangis. Rupanya, ia baru saja kehilangan anak tercintanya untuk selama-lamanya.

Atas petunjuk orang di desa, ia menemui seorang tua bijak di pinggir hutan. Mereka berkata, siapa tahu orang bijak itu dapat membantu menyelesaikan permasalahannya. Karena rasa cinta kepada sang anak, ia berharap dapat segera bertemu orang bijak itu. Ditempuhlah perjalanan yang jauh itu dengan bergegas. Sesampainya di sana, ia bertanya, "Guru, apakah Anda memiliki ramuan ajaib untuk mengembalikan anakku?"

Sang bijak tidak berusaha berargumentasi atau mengusir wanita itu karena permintaan yang tidak masuk akal. Dia cuma bilang, "Carilah bunga merah dari rumah yang tidak mengenal "kesedihan". Setelah menemukan benda itu, kita bisa sama-sama membuat ramuan ajaib untuk menghidupkan putramu." Selesai mendengar itu, wanita itu segera berangkat mencari.

Dalam perjalanan, ia tampak bingung. Tak ada satu petunjuk pun tentang di mana dan bagaimana bentuk rumah itu. Hingga, ia tiba di depan sebuah rumah mewah. Mungkin, penghuni rumah itu tak pernah mengenal kesedihan, ucap wanita itu dalam hati. Setelah mengetuk pintu, ia berkata, "Saya mencari rumah yang tidak pernah mengenal kesedihan. Inikah tempatnya?" Wajah sang wanita masih memperlihatkan raut merana.
Dari dalam, terlihat wajah yang tak kalah sedih. Pemilik rumah itu menjawab, "Kamu datang ke rumah yang salah." Pemilik rumah itu bercerita tentang tragedi yang dialami keluarganya. Ia tak hanya kehilangan seorang anak, tapi juga suami dan kedua orangtuanya karena kecelakaan. Sang wanita kecewa.

Namun, ia menjadi larut dengan cerita tuan rumah. Ia berpikir, "Siapa yang bisa membantu orang yang nasibnya lebih malang dari saya ini?" Dia memutuskan untuk tinggal di sana dan menghibur pemilik rumah itu. Beberapa hari lamanya, ia bersama wanita pemilik rumah itu, membantunya menjalani hidup.

Beberapa minggu berlalu, wanita itu pun merasa si tuan rumah sudah terlihat lebih baik. Lalu, ia berangkat lagi mencari rumah berikutnya. Tetapi, kemana pun dia pergi, selalu menemukan kesedihan. Akhirnya, ia lagi-lagi terlibat upaya menghibur semua orang yang dikunjunginya. Hingga, ia pun melupakan misinya.

-= Sahabat, jika saat ini engkau sedang bersedih, saat ini engkau merasa menderita, saat ini engkau merasa betapa banyak orang yang berlaku tak adil terhadapmu, atau engkau menyesali apa yang telah Allah berikan padamu, merenunglah......!!!
lihatlah sekitarmu, masih banyak orang yang lebih sedih dan menderita darimu, maka... bangkitlah sahabat, hibur mereka, berikan senyum tulusmu untuk mereka, ulurkan tanganmu, berikan mereka kekuatan, niscaya engkau akan semakin kuat. Engkau akan merasa bahagia saat mereka memperoleh kebahagiaan, dan kesedihanmu akan lenyap bersama kebahagiaan yang mampu engkau berikan. Kebahagiaan tidak terletak pada berlimpahnya materi, kebahagiaan itu ada saat kita mampu memberi, meski hanya sebuah tepukan di bahu untuk seorang sahabat yang membutuhkan dukungan kita. Semoga kita bisa menjadi orang yang memiliki kebahagiaan itu, aminnn. =-